KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LELEH
NAMA : FRISKA UTAMI
NIM : A1C117021
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Syamsurizal., M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Kalibrasi Termometer
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Dibuat
campuran bubuk dengan air hingga 2/5 bagian volume
|
Es
mencair dan tercampur dengan air
|
2.
|
Dimasukkan
termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es dengan air disumbat mulut
labu Erlenmeyer
|
Didapatkan
suhu 00 C
|
3.
|
Termometer
diangkat dan diulang prosedur a-c
|
Batas
bawah skala termometer adalah 00C
|
4.
|
Dirancang
alat dengan mengisi 2/5 bagian erlenmeyer dengan aquades
|
|
5.
|
Termometer
dimasukkan hingga tepat 1 cm di atas permukaan
|
Termometer menunjukkan
perbedaan, suhu awal termometer yaitu 23o C
|
6.
|
Dilakukan
pemanasan dicatat suhu dan diulangi prosedur
|
Termometer
menunjukkan perubahan suhu menjadi 1000 C
|
7.2 Penentuan Titik Leleh (manual)
NO.
|
Campuran Dua Senyawa
|
Titik Leleh (°C)
|
|||||
1:1
|
1:0,5
|
1:2
|
|||||
Mulai
|
Tepat
|
Mulai
|
Tepat
|
Mulai
|
Tepat
|
||
1.
|
Naftalen
-Glukosa
|
140 °C
|
162 °C
|
90 °C
|
128 °C
|
120 °C
|
160 °C
|
2.
|
Glukosa-Alfanaftol
|
145 °C
|
168 °C
|
150 °C
|
165 °C
|
145 °C
|
|
3.
|
Alfanaftol-As.benzoat
|
148 °C
|
170 °C
|
160 °C
|
175 °C
|
119 °C
|
165 °C
|
4.
|
As.benzoat-Maltosa
|
160 °C
|
180 °C
|
148 °C
|
169 °C
|
100 °C
|
140 °C
|
5.
|
Maltosa-Naftalen
|
145 °C
|
175 °C
|
138 °C
|
155 °C
|
129 °C
|
158 °C
|
VIII. Pembahasan
Untuk mengukur suhu titik leleh suatu zat memerlukan suatu alat yang dinamakan termometer. Sebelum termometer digunakan, kita harus melihat apakah termometer itu dapat digunakan atau tidak dan juga kita haru tahu bagaimana agar menjaga termometer tersebut dalam keadaan baik dan layak pakai.
8.1 Kalibrasi Termometer
Pada percobaan kali ini, kami mengkalibrasi
termometer. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah termometer itu layak untuk
digunakan dan telah memenuhi standarnya atau belum. Termometer umumnya
digunakan untuk mengukur suhu. Pada percobaan ini, awalnya kami memasukkan
termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es dan air ke dalam labu erlenmeyer,
setelah itu labu erlenmeyer kami sumbat dengan gabus. Penyumbatan ini dilakukan
agar campuran tersebut terisolasi dengan sempurna dan tidak terkontaminasi
dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, kami
mendapatkan hasil bahwa termometer menunujuk ke skala 0 dan 100oC. Sehingga
dapat disimpulan bahwa termometer bahwa thermometer tersebut layak untuk
digunakan dan sudah sesuai standar.
8.2 Penentuan Titik Leleh
Pada percobaan penentuan titik leleh
ini, kami menggunakan beberapa sampel murni yakni naftalen, glukosa, alpha
naftol, asam benzoat dan maltose, pada penentuan titik leleh kami menggunakan 3
macam perbandingan yaitu perbandingan 1:1 , 1:0,5 dan 1:2 . Titik leleh senyawa
murni adalah suhu dimana senyawa dalam keadaan
yang setimbang
pada tekanan 1 atm, jika suatu zat padat yang akan diamati merupakan zat yang
tidak murni maka akan terjadi nya perbedaan hasil pada titik leleh senyawa
murninya. Pada praktikum kali ini,kami menggunakan dua cara dalam menentukan
titik leleh, yaitu dengan menggunakan Mpa dan dengan cara manual. Berdasarkan
hasil pengamatan, kami mendapatkan suhu naftalen pada Mpa yakni 74oC (Mulai meleleh)
dan 80oC (meleleh seluruhnya) dan pada pengukuran secara manual kami
mendapatkan hasil 74oC (mulai meleleh) dan 79,9oC (meleleh
seluruhnya),kemudian pada glukosa kami mendapatkan suhu pada Mpa yakni 140oC (mulai meleleh)
dan 146oC (meleleh seluruhnya),secara manual 138oC (mulai meleleh)
dan 142oC (meleleh seluruhnya), pada alpa naftol kami mendapatkan
suhu pada Mpa yakni 94oC (mulai meleleh) dan 96oC (meleleh
seluruhnya), secara manual kami mendapatkan 96oC (mulai meleleh)
dan 98oC (meleleh seluruhnya), kemudian pengukuran asam benzoat
pada Mpa sebesar 119oC (mulai meleleh) dan 121oC (meleleh
seluruhnya), pada pengukuran manual 117oC (mulai meleleh) dan 120oC (meleleh
seluruhnya), kemudian pada pengukuran maltosa dengan Mpa kami mendapatkan suhu
100oC (mulai meleleh) dan 102oC (meleleh
seluruhnya), dan pengukuran secara manual dengan 98oC (mulai meleleh)
dan 100oC (meleleh seluruhnya). Selisih yang terdapat pada Mpa dan
manual bisa jadi dikarenakan ketidaktelitian serta faktor lingkungan praktikan
dalam melakukan praktikum, sehingga hasil pengukuran kurang optimal.
Setelah mengukur titik leleh per senyawa. Kami melakukan penentuan titik leleh dengan
percampuran dan perbandingan (1:1, 1:0,5 ,1:2), dimana yang kami lakukan percampuran adalah
naftalen-glukosa, glukosa-alpa naftol, alpa naftol-asam benzoat, maltosa-naftalen. Pada percobaan ini kami
melakukannya secara manual,dikarenakan mati lampu pada laboraturium sehingga
Mpa tidak bisa dikenakan. Pada perbandingan 1:1 naftalen-glukosa kami
mendapatkan T1 140oC dan T2 162oC, pada glukosa-Alpha naftol T1 145oC dan T2 168̊oC, pada alpha naftol-asam benzoat didapatkan T1 148oC dan T2 170oC, pada asam benzoat – maltosa di dapatkan T1 160oC dan T2 180oC, pada maltosa-naftalen
T1 145 oC dan 175 oC. Pada perbandingan 1:0,5 pada percobaan
naftalen-glukosa T1 nya 90 oC dan T2 128 oC, untuk glukosa-alpha naftol T1 nya 150 oC dan T2 nya 165 oC, untuk alphanaftol-asam benzoat T1 nya 148 oC dan T2 nya 169 oC , untuk asam benzoat-maltosa T1 nya adalah 148 oC dan T2 nya 169 oC, untuk maltosa-naftalen T1nya adalah 138 oC dam T2 nya 155 oC. Pada perbandingan 1:2 untuk naftalen-glukosa
kami mendapatkan hasil T1 yakni 120 oC dan T2 160 oC, untuk glukosa-alphanaftol 145 oC dan T2 170 oC, untuk asam benzoat-maltosa T1 100 oC dan T2 140 oC, untuk maltosa-naftalen T1 129 oC dan T2 158 oC, berdasarkan uji titik leleh dengan variasi
perbandingan kami mendapatkan kesimpulan yaitu semakin besar perbandingan yang
diujikan maka selisih hasil saat mulai meleleh dan meleleh seluruhnya semakin
besar.
IX. Pertanyaan Pasca
1. Setelah kita
melakukan praktikum, terdapat perbedaan hasil antara pengukuran titik leleh
yang menggunakan cara manual dengan memakai MPA. Apa yang menyebabkan itu
terjadi?
2. Dari percobaan
yang telah dilakukan, mengapa termometer perlu dikalibrasi?
3. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi rentang titik leleh pada senyawa. Apa saja faktornya?
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kalibrasi
yang dilakukan terhadap termometer memiliki perbedaan skala pada batas bawahnya.
2. Faktor
yang mempengaruhi rentang titik leleh ialah zat, sifat, dan kekuatan alat yang
digunakan.
3. Titik
leleh dengan MPA (Melting Point
Apparatus) akan menunjukkan skala yang lebih akurat sengan sumber skala
listrik dan skala suhu panas ditunjukkan oleh sinyal digital.
4. Titik
leleh merupakan fasa padat dan fasa cair dalam keadaan setimbang dibawah
tekanan 1 atm.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2009. Kimia Organik. Jakarta:Erlangga
Mukarimah, 2013. Ekstraksi Senyawa Organik. Palembang:Universitas Sriwijaya. Vol.9
Syukri, 2003. Kimia Dasar 2. Bandung:ITB
Tim
Kimia Organik 1, 2016. Penuntun Praktikum
Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/
Pengujian titik leleh menggunkana MPA
(Melting Point Apparatus)
Pengikatan sampel pada termometer
Kalibrasi termometer dengan air es untuk
menentukan skala bawah termometer
Kalibrasi termometer dengan air yang dipanaskan
untuk menentukan skala atas termometer
untuk menentukan skala atas termometer
Saya viranggita (069) akan mencoba menjawab pertanyaan no 2.
BalasHapusPerlu dilakukannya kalibrasi terhadap termometer karena untuk memeriksa apakah termometer tersebut layak untuk digunakan dan telah memenuhi standarnya atau belum. Sehingga ketika pengukuran suhu, hasil yang didapat akan lebih akurat.
Saya Rd. Abdurrahman(A1C117015) akan mencoba menjawab pertanyaan no. 3 menurut saya Faktor yang mempengaruhi rentang titik leleh adalah zat/senyawa itu sendiri, sifat senyawa, dan kekuatan alat yang digunakan.
BalasHapushallo friska, saya Yuyun Ernawati nim A1C117063 saya akan mencoba menjawab pertanyan nomor 1. Menurut saya karena pada saat kita mengukur titik leleh dengan cara manual, hasil yang kita dapat tidaklah akurat dibandingkan kita mengukur titik leleh leleh dengan menggunakan MPA.
BalasHapus