Kamis, 21 Maret 2019

Laporan Hasil Praktikum Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh


KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LELEH












NAMA       : FRISKA UTAMI

NIM          : A1C117021





DOSEN PENGAMPU:

Dr. Syamsurizal., M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Kalibrasi Termometer
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Dibuat campuran bubuk dengan air hingga 2/5 bagian volume
Es mencair dan tercampur dengan air
2.
Dimasukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es dengan air disumbat mulut labu Erlenmeyer
Didapatkan suhu 0­­0 C
3.
Termometer diangkat dan diulang prosedur a-c
Batas bawah skala termometer adalah 00C
4.
Dirancang alat dengan mengisi 2/5 bagian erlenmeyer dengan aquades

5.

Termometer dimasukkan hingga tepat 1 cm di atas permukaan
Termometer menunjukkan perbedaan, suhu awal termometer yaitu 23o C
6.
Dilakukan pemanasan dicatat suhu dan diulangi prosedur
Termometer menunjukkan perubahan suhu menjadi 1000 C



7.2 Penentuan Titik Leleh (manual)

NO.
Campuran Dua Senyawa
Titik Leleh (°C)
1:1
1:0,5
1:2
Mulai
Tepat
Mulai
Tepat
Mulai
Tepat
1.
Naftalen -Glukosa
140 °C
162 °C
90 °C
128 °C
120 °C
160 °C
2.
Glukosa-Alfanaftol
145 °C
168 °C
150 °C
165 °C
145 °C

170 °C
3.
Alfanaftol-As.benzoat
148 °C
170 °C
160 °C
175 °C
119 °C
165 °C
4.
As.benzoat-Maltosa
160 °C
180 °C
148 °C
169 °C
100 °C
140 °C
5.
Maltosa-Naftalen
145 °C
175 °C
138 °C
155 °C
129 °C
158 °C


VIII. Pembahasan

         Untuk mengukur suhu titik leleh suatu zat memerlukan suatu alat yang dinamakan termometer. Sebelum termometer digunakan, kita harus melihat apakah termometer itu dapat digunakan atau tidak dan juga kita haru tahu bagaimana agar menjaga termometer tersebut dalam keadaan baik dan layak pakai.

8.1 Kalibrasi Termometer
            Pada percobaan kali ini, kami mengkalibrasi termometer. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah termometer itu layak untuk digunakan dan telah memenuhi standarnya atau belum. Termometer umumnya digunakan untuk mengukur suhu. Pada percobaan ini, awalnya kami memasukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es dan air ke dalam labu erlenmeyer, setelah itu labu erlenmeyer kami sumbat dengan gabus. Penyumbatan ini dilakukan agar campuran tersebut terisolasi dengan sempurna dan tidak terkontaminasi dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, kami mendapatkan hasil bahwa termometer menunujuk ke skala 0 dan 100­oC. Sehingga dapat disimpulan bahwa termometer bahwa thermometer tersebut layak untuk digunakan dan  sudah sesuai standar.

8.2 Penentuan Titik Leleh




          Pada percobaan penentuan titik leleh ini, kami menggunakan beberapa sampel murni yakni naftalen, glukosa, alpha naftol, asam benzoat dan maltose, pada penentuan titik leleh kami menggunakan 3 macam perbandingan yaitu perbandingan 1:1 , 1:0,5 dan 1:2 . Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana senyawa dalam keadaan yang setimbang pada tekanan 1 atm, jika suatu zat padat yang akan diamati merupakan zat yang tidak murni maka akan terjadi nya perbedaan hasil pada titik leleh senyawa murninya. Pada praktikum kali ini,kami menggunakan dua cara dalam menentukan titik leleh, yaitu dengan menggunakan Mpa dan dengan cara manual. Berdasarkan hasil pengamatan, kami mendapatkan suhu naftalen pada Mpa yakni 74oC (Mulai meleleh) dan 80oC (meleleh seluruhnya) dan pada pengukuran secara manual kami mendapatkan hasil 74oC (mulai meleleh) dan 79,9oC (meleleh seluruhnya),kemudian pada glukosa kami mendapatkan suhu pada Mpa yakni 140oC (mulai meleleh) dan 146oC (meleleh seluruhnya),secara manual 138oC (mulai meleleh) dan 142oC (meleleh seluruhnya), pada alpa naftol kami mendapatkan suhu pada Mpa yakni 94oC (mulai meleleh) dan 96oC (meleleh seluruhnya), secara manual kami mendapatkan 96oC (mulai meleleh) dan 98oC (meleleh seluruhnya), kemudian pengukuran asam benzoat pada Mpa sebesar 119oC (mulai meleleh) dan 121oC (meleleh seluruhnya), pada pengukuran manual 117oC (mulai meleleh) dan 120oC (meleleh seluruhnya), kemudian pada pengukuran maltosa dengan Mpa kami mendapatkan suhu 100oC (mulai meleleh) dan 102oC (meleleh seluruhnya), dan pengukuran secara manual dengan 98oC (mulai meleleh) dan 100oC (meleleh seluruhnya). Selisih yang terdapat pada Mpa dan manual bisa jadi dikarenakan ketidaktelitian serta faktor lingkungan praktikan dalam melakukan praktikum, sehingga hasil pengukuran kurang optimal.
            Setelah mengukur titik leleh per senyawa. Kami melakukan penentuan titik leleh dengan percampuran dan perbandingan (1:1, 1:0,5 ,1:2), dimana yang kami lakukan percampuran adalah naftalen-glukosa, glukosa-alpa naftol, alpa naftol-asam benzoat, maltosa-naftalen. Pada percobaan ini kami melakukannya secara manual,dikarenakan mati lampu pada laboraturium sehingga Mpa tidak bisa dikenakan. Pada perbandingan 1:1 naftalen-glukosa kami mendapatkan T1 140oC dan T2 162oC, pada glukosa-Alpha naftol T1 145oC dan T2 168̊oC, pada alpha naftol-asam benzoat didapatkan T1 148oC dan T2 170oC, pada asam benzoat – maltosa di dapatkan T1 160oC dan T2 180oC, pada maltosa-naftalen T1 145 oC dan 175 oC. Pada perbandingan 1:0,5 pada percobaan naftalen-glukosa T1 nya 90 oC dan T2 128 oC, untuk glukosa-alpha naftol T1 nya 150 oC dan T2 nya 165 oC, untuk alphanaftol-asam benzoat T1 nya 148 oC dan T2 nya 169 oC , untuk asam benzoat-maltosa T1 nya adalah 148 oC dan T2 nya 169 oC, untuk maltosa-naftalen T1nya adalah 138 oC dam T2 nya 155 oC. Pada perbandingan 1:2 untuk naftalen-glukosa kami mendapatkan hasil T1 yakni 120 oC dan T2 160 oC, untuk glukosa-alphanaftol 145 oC dan T2 170 oC, untuk asam benzoat-maltosa T1 100 oC dan T2 140 oC, untuk maltosa-naftalen T1 129 oC dan T2 158 oC, berdasarkan uji titik leleh dengan variasi perbandingan kami mendapatkan kesimpulan yaitu semakin besar perbandingan yang diujikan maka selisih hasil saat mulai meleleh dan meleleh seluruhnya semakin besar.

IX. Pertanyaan Pasca

1.  Setelah kita melakukan praktikum, terdapat perbedaan hasil antara pengukuran titik leleh yang menggunakan cara manual dengan memakai MPA. Apa yang menyebabkan itu terjadi?
2.  Dari percobaan yang telah dilakukan, mengapa termometer perlu dikalibrasi?
3.  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rentang titik leleh pada senyawa. Apa saja faktornya?
X. Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kalibrasi yang dilakukan terhadap termometer memiliki perbedaan skala pada batas bawahnya.
2.      Faktor yang mempengaruhi rentang titik leleh ialah zat, sifat, dan kekuatan alat yang digunakan.
3.      Titik leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus) akan menunjukkan skala yang lebih akurat sengan sumber skala listrik dan skala suhu panas ditunjukkan oleh sinyal digital.
4.      Titik leleh merupakan fasa padat dan fasa cair dalam keadaan setimbang dibawah tekanan 1 atm.

XI. DAFTAR PUSTAKA
            Anonymous,2009. Kimia Organik. Jakarta:Erlangga
            Mukarimah, 2013. Ekstraksi Senyawa Organik. Palembang:Universitas Sriwijaya. Vol.9
Syukri, 2003. Kimia Dasar 2. Bandung:ITB
          Tim Kimia Organik 1, 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/



              Pengujian titik leleh menggunkana MPA

(Melting Point Apparatus) 

 Pengikatan sampel pada termometer

              Kalibrasi termometer dengan air es untuk
menentukan skala bawah termometer

                Kalibrasi termometer dengan air yang dipanaskan
                untuk menentukan skala atas termometer

3 komentar:

  1. Saya viranggita (069) akan mencoba menjawab pertanyaan no 2.
    Perlu dilakukannya kalibrasi terhadap termometer karena untuk memeriksa apakah termometer tersebut layak untuk digunakan dan telah memenuhi standarnya atau belum. Sehingga ketika pengukuran suhu, hasil yang didapat akan lebih akurat.

    BalasHapus
  2. Saya Rd. Abdurrahman(A1C117015) akan mencoba menjawab pertanyaan no. 3 menurut saya Faktor yang mempengaruhi rentang titik leleh adalah zat/senyawa itu sendiri, sifat senyawa, dan kekuatan alat yang digunakan.

    BalasHapus
  3. hallo friska, saya Yuyun Ernawati nim A1C117063 saya akan mencoba menjawab pertanyan nomor 1. Menurut saya karena pada saat kita mengukur titik leleh dengan cara manual, hasil yang kita dapat tidaklah akurat dibandingkan kita mengukur titik leleh leleh dengan menggunakan MPA.

    BalasHapus

KIMIA BAHAN ALAM UNTUK MAKANAN, MINUMAN DAN PENYEDAP RASA

Kimia Bahan Alam untuk Makanan, Minuman dan Penyedap Rasa        Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak mengkonsumsi maka...