Jumat, 22 Maret 2019

Jurnal Praktikum Reaksi-Reaksi Aldehida dan Keton


REAKSI-REAKSI ALDEHIDA DAN KETON




NAMA       : FRISKA UTAMI

NIM          : A1C117021





DOSEN PENGAMPU:

Dr. Syamsurizal., M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019



PERCOBAAN 5



I.          Judul                   : Reaksi-Reaksi Aldehid dan Keton

II.       Hari, Tanggal     : Sabtu, 23 Maret 2019

III.    Tujuan                : Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1.      Dapat memahami azas-azas reaksi senyawa karbonil

2.      Dapat memahami perbedaan reaksi antara aldehid dan keton

3.   Dapat menjelaskan jenis-jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan aldehid dan keton



IV.    Landasan Teori
        
Pada percobaan reaksi-reaksi aldehida dan keton yang diperiksa adalah persamaan dan perbedaan dari reaksi aldehid dan keton. Gugus karbonil (C=O) merupakan gugus dari aldehid dan keton. Karena keduanya memiliki gugus yang sama, jadi keduanya juga memiliki sifat reaksi umum yang sama juga terhadap sifat karbonil. Aldehid lebih cepat bereaksi daripada keton terhadap suatu pereaksi yang sama. Ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang terlindung dari keton. Perbedaan kereaktifan terhadap oksidator antara aldehid dan keton digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut (Tim Kimia Organik, 2016).

 Oksida parsial dari alkohol menghasilkan aldehid. Oksida alkohol sekunder menghasilkan keton. Oksida bertahap dari etanol menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat yang diilustrasikan dengan model molekul. Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus –CO namanya diturunkan dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidan lebih lanjut. Aldehid diperoleh pada pengoksidasian sebagai alkohol primer. Misalnya etil alkohol bila dioksidan menjadi asetaldehid yang bila dioksidasi lagi akan menjadi asam asetat. Sedangkan keton senyawa dengan gugus karbonil terikat pada dua gugus radikal hidrokarbon. Keton yang paling sederhana adalah aseton. Aseton merupakan zat cair tanpa warna yang mudah terbakar, mempunyai bau dan rasa yang khas, digunakan sebagai pelarut dalam industri dan laboratorium (Petrucci, 2006).

Aldehid dan keton memiliki banyak manfaat. Contoh aldehid adalah formalin yang sering digunakan dalam proses pengawetan. Contoh dari keton adalah aseton untuk pembersih kuteks. Reaksi redoks merupakan reaksi-reaksi aldehid dan keton. yang membedakan aldehid dengan keton adalah reaksi oksidasi. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat oksidasi dengan oksidator yang sangat lemah (Wilbraham, 2001).

Gugus karbonil adalah suatu atom karbon dan satu atom oksigen yang dihubungkan dengan ikatan ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi yang sangat lazim di alam dan dalam karbohidrat. Gugus ini dijumpai pada keton dan aldehid. Aldehid dan keton mempunyai bau yang khas dan berbeda. Biasanya aldehid berbau merangsang, sedangkan keton memiliki aroma harum (Martta, 2002).
 
Aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat dalam oksigen, sehingga tidak ada ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Aldehid dan keton merupakan senyawa polar, yang mana akan menbetuk gaya tarik menarik antar molekulnya. Aldehid dan keton sama-sama mempunyai gugus karbonil, yang membedakan adalah atom yang terikat pada gugus karbonil tersebut.
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/

V.       Alat dan Bahan

5.1  Alat

1.      Tabung reaksi


2.      Batang pengaduk

3.      Kaki tiga

4.      Kawat kasa

5.      Lampu spritus

6.      Pipet tetes

7.      Kertas saring

8.      Gelas kimia

9.      Erlenmeyer

10.  Corong Hirsch

11.  Corong Buchner



5.2  Bahan

1.      Tollens

2.      Perak nitrat 5%

3.      NaOH 5%

4.      Ammonium hidroksida 2%

5.      Natrium sitrat

6.      Natrium karbonat

7.      Aquades

8.      CuSO4. 5 H2O

9.      Natrium kalium tartat

10.  NaHSO3

11.  Es

12.  Aseton

13.  Etanol

14.  HCl pekat

15.  Fenilhidrazin

16.  Metanol

17.  2,4-dinitrofenilhidrazin

18.  Hidroksilamin HCl

19.  Natrium asetat trihidrat

20.  Sikloheksanon-oksim

21.  Aseton

22.  Iodium

23.  Kalium iodide

24.  Asetaldehid

25.  NaOH 1%

26.  Benzaldehid

27.  Isopropanol

28.  2-pentanon

29.  3-pentanon

30.  Formaldehid

31.  n-heptanaldehid

32.  Sikloheksanon

33.  Formalin



VI.    Prosedur Kerja
6.1  Uji Cermin Kaca Tollens
1.      Disiapkan 4 tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens (cara membuat: Disiapkan satu tabung reaksi yang bersih sekali, ke dalam 2 mL larutan nitrat perak 5% tambahkan 2 tetes larutan NaOH 5%, lalu tambahkan tetes demi tetes sambil diaduk larutan amonium hidroksida 2% hanya secukupnya agar larut, pengujian akan gagal jika terlalu banyak amonia (ditambahkan).

2.      Diuji bezaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin dengan jalan menambahkan masing-masing dua tetes bahan tersebut ke dalam tabung uji.

3.      Diaduklah campuran dan didiamkan selama 10 menit. Bila reaksi tidak terjadi, panaskan tabung dalam penangas air selama lima menit. Diamati apa yang terjadi.



6.2  Uji Fehling dan Benedict
1.  Dimasukkan pereaksi bennedict ke masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi (cara membuatnya: larutan 173 gr natrium sitrat dan 100 gr natrium karbonat dalam 750 aquadest, diaduk, disaring lalu ke dalam fitrat ditambahkan perlahan larutan 17,3 ge CuSO4.5H2O dalam 100 mL air, diencerkan hingga volume total 1 L) atau 5 mL pereaksi fehling yang masih fresh (cara membuat: larutan A=69 gr CuSO4. 5 H2O dalam 1 L air suling). Larutan B= 346 gr natrium kalium tertat atau garam Rochelle di dalam larutan NaOH 10%, artinya pereaksi fehling A dan B sama banyak.

2.   Ke dalam masing-masing tabung dimasukkan beberapa tetes bahan yang akan diuji.

3.  Ditempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit. Diuji formaldehid, n-heptanaldehid, aseton dan sikloheksanon.



6.3  Adisi Bisulfit
1.      Dimasukkan 5 mL NaHSO3 jenuh ke dalam erlenmeyer dan dinginkan larutan dalam es.

2.      Ditambahkan 2,5 mL aseton tetes demi tetes sambil diaduk. Setelah 5 menit ditambahkan 110 mL etanol untuk memulai kristalisasi, lalu saring kristal dengan corong Hirsch. Amati kristal dalam tabung reaksi jika ditambahkan beberapa tetes HCl pekat.



6.4  Pengujuian dengan Fenilhidrazin
1.      Dimasukkan 5 mL fenilhidrazin ke dalam tabung, tambahkan 10 mL bahan yang akan diuji. Tutup tabung reaksi dan guncang dengan kuat selama 1-2 menit hingga mengkristal.

2.      Disaring kristal dengan corong Hirsch, cuci dengan sedikit air dingin dan rekristalisasi dengan sdikit metanol dan etanol.

3.      Dikeringkan dan tentukan titik lelehnya. Lakukan pengujian terhadap benzaldehid dan sikloheksanon.

4.      Dengan cara yang sama, gunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin, buatlah turunan benzaldehid dan sikloheksanon. Tentukan titik lelehnya.



6.5  Pembuatan Oksim
1.     Dilarutkan 1 gr hidroksilamin dan 1,5 gr natrium asetat trihidrat di dalam 4 ml air, di dalam erlenmeyer 50 mL.
2.  Dipanaskan larutan sampai 35, kemudia ditambahkan sikloheksanon tutup labu dan goncangkan selama 1-2 menit, pada waktu mana zat padat sikloheksanon-oksim akan terbentuk.
3.     Dinginkan labu dalam lemari es, saring kristal dengan corong Hirsch, cuci dengan 2 mL air es, keringkan dan tentukan titik lelehnya.



6.6  Reaksi Haloform
1.      Dimasukkan 5 tetes aseton dalam 3 mL larutanj NaOH 5%, tambahkan sekitar 10 mL larutan iodium iodida (cara buatnya: larutkan 25 gr iodium di dalam larutan 50 gr kalium iodida dalam 200 mL air) sambil digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak hilang lagi. Iodoform yang berwarna kuning akan mengendap dan baunya yang khas.

2.      Dilakukan pengujian terhadap isopropanol, 2-pentanon, dan 3-pentanon.




6.7  Kondensasi Aldol
1.      Ditambahkan 0,5 mL asetaldehid ke dalam 4 mL larutan NaOH 1%, goncangkan dan catat bau khasnya (sisa asetaldehid). Didihkan campuran reaksi selama 3 menit. Dicatat hati-hati bau tengik dari krotonaldehid.

2.      Disusun peralatan untuk merefluks. Dalam labu 50 mL tempatkan etanol, 1 mL aseton, 2 mL benzaldehid, dan 5 mL larutan NaOH 5%. Csmpursn direfluks selama 5 menit. Dinginkan labu dan kumpulkan kristal dengan corong Bruchner. Bisa direkristalisasi dengan etanol. Tentukan titik lelehnya.

Yuuukk dilihat videonya!

https://www.youtube.com/watch?v=zd50ddGdht8

Pertanyaan:
1.    Dalam video apa yang terjadi ketika formalin dicampurkan dengan fehling A dan fehling B?
2.      Apa yang terjadi pada saat tabung X dipanaskan?
3.      Mengapa ketika aseton dipanaskan tidak terjadi perubahan?

3 komentar:

  1. Saya Seprida Anjelina (A1C117051) ingin memcoba menjawab pertanyaan nomor nomor 2. Terjadi perubahan warna pada saat proses pemanasan dari larutan berwarna biru menjadi warna merah bata.

    BalasHapus
  2. saya Arnia Haiza Annisa (A1C117049) akan menjawab pertanyaan nomor
    1. Formalin tidak larut dalam fehling A dan fehling B sehingga terdapat dua lapisan pada campuran tersebut

    BalasHapus
  3. Niken Ayu Hestiantari (033) saya akan menjawab pertanyaan bomor 3 yaitu karena aseton merupakan senyawa keton yang mana senyawa keton ketika dipanaskan tidak mengalami reaksi dan tidak terjadi perubahan

    BalasHapus

KIMIA BAHAN ALAM UNTUK MAKANAN, MINUMAN DAN PENYEDAP RASA

Kimia Bahan Alam untuk Makanan, Minuman dan Penyedap Rasa        Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak mengkonsumsi maka...